Di sebuah desa yang damai, hiduplah seorang pemuda bernama Ali. Ali dikenal sebagai sosok yang rajin dan berbakti kepada orang tua. Setiap hari, ia membantu ayahnya bekerja di ladang dan selalu menyempatkan waktu untuk belajar di madrasah.
Malam itu, langit desa dihiasi oleh bulan sabit yang terang, menandakan datangnya 1 Muharram, Tahun Baru Hijriyah. Ali dan keluarganya berkumpul di ruang tengah rumah mereka yang sederhana. Ibu Ali sudah menyiapkan hidangan istimewa untuk menyambut tahun baru ini. Mereka memulai dengan membaca doa bersama, memohon keberkahan dan petunjuk dari Allah SWT.
Setelah makan malam, ayah Ali mengajak seluruh keluarga untuk duduk bersama. “Anakku, tahukah kamu mengapa malam ini begitu istimewa?” tanya ayahnya. Ali mengangguk. “Ya, Ayah. Malam ini adalah malam Tahun Baru Hijriyah, ketika Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah.”
Ayah Ali tersenyum bangga. “Betul sekali, Ali. Hijrah adalah peristiwa penting dalam sejarah Islam. Itu bukan hanya perpindahan fisik, tetapi juga simbol perubahan dan perbaikan diri. Nabi Muhammad SAW meninggalkan segala yang tidak baik dan menuju kehidupan yang lebih baik di Madinah. Kita juga harus belajar dari hijrah ini, untuk selalu berusaha menjadi lebih baik.”
Ali mendengarkan dengan seksama. Kata-kata ayahnya menginspirasi dirinya. Ia teringat bahwa hijrah Nabi Muhammad SAW adalah perjalanan penuh tantangan dan pengorbanan, tetapi juga penuh dengan harapan dan keberkahan. Ali merasa termotivasi untuk melakukan hijrah dalam hidupnya sendiri, yaitu hijrah dari kebiasaan-kebiasaan buruk menuju perbuatan yang lebih baik.
Keesokan harinya, Ali bangun dengan semangat baru. Ia memulai hari dengan shalat Subuh berjamaah di masjid, kemudian membantu ayahnya di ladang dengan lebih giat. Di madrasah, ia lebih fokus dan berusaha memahami pelajaran dengan lebih baik. Setiap malam, ia mengisi waktu dengan membaca Al-Quran dan merenungkan makna hijrah dalam hidupnya.
Desa tempat Ali tinggal mulai merasakan perubahan pada dirinya. Ali yang dulunya pendiam dan pemalu, kini menjadi lebih aktif dan penuh semangat. Ia mengajak teman-temannya untuk turut serta dalam kegiatan keagamaan dan sosial. Mereka bersama-sama membersihkan masjid, membantu warga yang membutuhkan, dan mengadakan pengajian rutin.
Tahun demi tahun berlalu, dan Ali tumbuh menjadi pemuda yang dihormati dan dicintai di desanya. Ia selalu ingat pesan ayahnya tentang hijrah. Setiap Tahun Baru Hijriyah, Ali mengingatkan dirinya dan orang-orang di sekitarnya tentang pentingnya hijrah, bukan hanya sebagai peristiwa sejarah, tetapi sebagai pelajaran hidup yang abadi.
Pada akhirnya, Ali selalu menekankan hikmah dari hijrah, yaitu pentingnya melakukan perubahan positif dalam hidup. Ali sering mengutip ayat Al-Qur’an yang berbunyi:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 218).