Kamis, 30 Desember 2022 – Lembaga Semi Otonom (LSO) ERDAMS dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta mengirimkan 6 orang delegasi untuk mengikuti acara Sosialisasi Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang diselenggarakan oleh Satgas PMK di Hotel Harrison Tangerang (29/12/2022).
Sosialisasi Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) oleh Satuan Tugas (Satgas) Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di wilayah Tangerang dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran wabah penyakit terhadap hewan ternak di wilayah Tangerang. PMK ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh Foot and Mouth Disease Virus (FMDV). Sampai saat ini, belum dikategorikan sebagai zoonosis, yang mana penyakit ini sifatnya menular akut pada hewan ternak seperti kerbau, sapi, domba, kambing dan babi dengan tingkat penularan mencapai 90 sampai 100 persen. “Memang Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) hanya menular pada sesama hewan saja, kemungkinan kemanusia sangat kecil atau bahkan tidak sama sekali,” jelas Indardi dari Dinas Pertanian Provinsi Banten.
Kajian pada tahun 2017 menyebutkan potensi kerugian ekonomi secara keseluruhan yang disebabkan oleh wabah PMK pada tingkat nasional (Indonesia) yaitu sebesar 9,9 triliun (US$ 761,3 juta) (Naipospos T.S.P. and Suseno P.P. 2017. Cost Benefit Analysis of Maintaining FMD Free Status in Indonesia. Report to the International Organization for Animal Health, November 2017). “Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) perlu diberi perhatian karena berdampak pada ekonomi masyarakat terutama impor. Berdampaknya mungkin bukan dalam jangka pendek saja tapi bisa menjadi jangka panjang. Akibat dari PMK ini tidak ke manusia secara kesehatan tapi secara tidak langsung saling berkaitan,” jelas Indardi saat sesi tanya jawab berlangsung.
Sosialiasasi PMK oleh Satgas Pengendalian PMK di wilayah Tangerang ini dilakukan karena pengendalian PMK dirasa cukup sulit. Dikatakan cukup sulit karena PMK ini sangat infeksius dengan penularan yang cepat, multi spesies dapat tertular, termasuk satwa liar, Multiple Serotipe dengan variasi dalam serotipe, dan sebagainya. Disamping itu, PMK ini penyakit virus yang tidak ada pengobatannya. Vaksin aftopor (vaksin PMK) dilakukan hanya untuk mengobati simptomatisnya (gejala). Oleh karena itu, sosialisasi harus dilakukan sebaik mungkin.