Indonesia memiliki potensi sumber daya pesisir dan laut yang sangat besar. Selain sebagai sumber pangan, daerah pesisir juga menyimpan ekosistem yang menjadi tempat berkembang biaknya berbagai jenis biota laut dan mangrove. Selain itu, lautan dan pantai di Indonesia juga kaya akan bahan tambang dan mineral, yang memungkinkan pengembangan pariwisata daerah.
Diskusi tentang potensi sumber daya pesisir dan laut semakin menarik ketika para nara sumber membahas berbagai permasalahan lingkungan yang dihadapi dalam mengelola sumber daya pesisir. Webinar ini diadakan oleh Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir Universitas Muhammadiyah Jakarta bekerja sama dengan Forum Hijau Muhammadiyah pada Selasa, 11 April 2023.
Ketiga narasumber dalam webinar ini yaitu Prof. Dr. Ir. Mohammad Nurcholis, M.Agr., Arief Hartawan, dan Dr. Endang Rudiatin. Mohammad Nurcholis membahas tentang UU no 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau, yang dalam prakteknya banyak mengalami kendala. Menurutnya, banyak pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni karena ukurannya yang sangat kecil sehingga tidak menjadi prioritas dalam pembangunan perlu high cost investment, terutama pada transportasinya.
Pembicara dari Bank Indonesia, Arief Hartawan, mengatakan bahwa Bank Indonesia memiliki program pemberdayaan masyarakat melalui program Desa Berdikari. Program ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi daerah dan mendorong peningkatan produksi di daerah tersebut agar PDRB meningkat. Dengan peningkatan kemampuan masyarakat, maka potensi pembiayaan oleh lembaga keuangan akan terbuka sehingga akan meningkatkan modal untuk usaha masyarakat. Peningkatan produksi juga akan mendorong multiplier effect ke produk turunan, sehingga akan mendorong industri lainnya untuk berkembang.
Pembicara terakhir, Endang Rudiatin, mengamati strategi pemberdayaan masyarakat dari sisi memanfaatkan modal sosial sebagai motor menggerakkan masyarakat di bidang ekonomi agar mandiri. Nelayan maupun masyarakat pesisir di pulau-pulau kecil, terutama di perbatasan, jangan hanya menjadi buruh, tetapi harus mau mengelola usahanya sendiri baik sendiri maupun kolektif. Modal sosial termasuk etnisitas dan kekerabatan yang masih kental dan merupakan ciri budaya masyarakat di pulau-pulau terutama saat menghadapi resiko dalam pekerjaan. Organisasi sosial termasuk modal sosial, dicontohkannya pada organisasi Muhammadiyah yang saat ini menjadi pilot bagi project Desa berdikari di pesisir perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara.
Ketiga narasumber tersebut sepakat bahwa sangat penting bagi seorang pemimpin untuk memiliki keterampilan komunikasi yang baik, termasuk dalam mengungkapkan visi dan misi perusahaan secara jelas kepada seluruh anggota tim. Selain itu, seorang pemimpin yang efektif juga harus mampu mendengarkan dengan baik dan memahami pandangan dan masukan dari anggota timnya. Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendorong kolaborasi yang produktif di antara anggota tim.
Selain keterampilan komunikasi, narasumber pertama juga menekankan pentingnya keberanian dalam membuat keputusan yang sulit dan mengambil risiko yang terukur. Sementara itu, narasumber kedua menyatakan bahwa seorang pemimpin yang sukses harus memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, yaitu kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain dengan baik.
Narasumber ketiga juga menambahkan bahwa seorang pemimpin yang efektif harus mampu memberikan arahan yang jelas dan mendorong pengembangan keterampilan serta potensi dari setiap anggota timnya. Dalam hal ini, seorang pemimpin harus memperhatikan kebutuhan dan harapan dari masing-masing anggota tim, serta memberikan dukungan dan motivasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama.
Referensi berita: UMJ dan Suara Muhammadiyah
Â
Â