Jum’at, 09 Desember 2022 – Inda Puspita Sari Mengatakan pada SEMINAR PSIKOLOGI & KEMANUSIAAN (Psychology Forum UMM, 2015) : Keluarga merupakan lingkungan yang terkecil dan dasar bagi anak untuk meletakkan kepercayaan, membangun hubungan yang baik dan matang baik dengan anggota keluarga yang lain maupun dengan lingkungan sosialnya.
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai ekonomi yang cukup mendukung dan kasih sayang serta perhatian yang cukup dari orangtua akan senantiasa memberikan pengaruh yang baik pada anak terutama pada kesejahteraan psikologisnya. Semakin berkembangnya zaman dan semakin banyaknya kebutuhan setiap individu, penghasilan pun dirasakan tidak akan mencukupi kebutuhan tersebut. Alasan tersebut dapat membuat orangtua sebagai kepala rumah tangga yang memenuhi segala tuntutan akan kebutuhan tersebut secara tidak langsung dapat mengubah pola pikir dan cara bertindak untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut mulai dari cara yang halal sampai dengan cara yang dapat dikatakan tercela salah satunya yaitu korupsi.
Kesejahteraan psikologis anak dapat dipengaruhi oleh faktor individu, keluarga dan faktor komunal. Pemenuhan akan kebutuhan anak dan keluarga dengan cara melakukan tindakan korupsi akan mempengaruhi kesejahteraan psikologis anak. Anak yang mempunyai orang tua yang menyandang gelar koruptor akan cenderung menutup diri baik dengan teman terdekatnya maupun dengan lingkungan sehingga kesejahteraan psikologis anak tidak dapat tercapai. Ryff (1995), juga mengemukakan bahwa kesejahteraan psikologis (psychological well-being) adalah suatu kondisi dimana seseorang yang bukan hanya bebas dari tekanan atau masalah-masalah mental saja, tetapi lebih dari itu yaitu kondisi seseorang
yang mempunyai kemampuan menerima diri sendiri maupun kehidupannya di masa lalu, pengembangan atau pertumbuhan diri, keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan, memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain, serta kapasitas untuk mengatur kehidupannya dan lingkungannya secara efektif, dan kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri.
Hoyer dan Roodin (2003) juga menambahkan bahwa pada umumnya well-being erat kaitannya dengan hubungan personal, interaksi sosial, dan kepuasan hidup. Tulisan ini didasarkan pada hasil penelitian dengan studi literature yang berupaya menggali lebih dalam tentang kesejahteraan psikologis anak dengan orangtua yang menyandang gelar koruptor. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tavits menunjukkan bahwa korupsi memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan psikologis anak. Anak yang mempunyai orangtua yang bebas dari korupsi lebih cenderung bebas mengekspresikan diri dalam berbagai kegiatan yang lebih positif. Sugiantoro juga menambahkan bahwa anak yang mempunyai orangtua dengan status sebagai koruptor, anak cenderung malu dalam bergaul dengan teman sebaya dan lingkungan sehingga sulit untuk mencapai kesejahteraan psikologisnya.
Masa anak-anak merupakan masa yang paling penting bagi anak untuk membangun suatu hubungan yang didasarkan atas sebuah kepercayaan. Pada masa anak-anak lingkungan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan hubungan yang memudahkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan. Yusuf (2004) mengemukakan bahwa Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kepribadian anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan
pendidikan tentang nilai kehidupan baik agama maupun sosial budaya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi yang sehat.
Keluarga adalah lingkungan yang dapat membantu anak untuk memenuhi kebutuhan insani terutama untuk pengembangan kepribadian dan lingkungan sosial yang lainnya bagi anak. lingkungan yang
dapat memenuhi kebutuhan insani terutama bagi kebutuhan pengembangan kepribadian dan lingkungan sosial lainnya pada anak. Yusuf juga menambahkan bahwa jika dikaitkan dengan peranan keluarga
dengan upaya memenuhi kebutuhan individu dari maslow, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orangtua
anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik itu kebutuhan fisik-biologis maupun kebutuhan sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial, dan harga
dirinya maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya yaitu self actualization.
Dalam perkembangan anak, peran orangtua sangat penting untuk memberikan suatu nilai atau pandangan positif anak terhadap lingkungan. Kehadiran dan kedekatan anak dengan orangtua dalam setiapkesempatan mempunyai dampak yang positif bagi anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jacobsen,dkk (2002) yang mengemukakan bahwa tahap perkembangan dalam hidup anak berfokus dari pengalaman awal pada masa kanak-kanak sehingga mempunyai pengaruh yang besar pada masa dewasanya. Jacobsen, dkk juga menambahkan bahwa pengalaman awal yang diperoleh oleh anak dapat meningkatkan kesejahteraan baik itu fisik maupun psikologis pada usia dewasa.
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai ekonomi yang cukup mendukung dan kasih sayang serta perhatian yang cukup dari orangtua akan senantiasa memberikan pengaruh yang baik pada anak terutama pada kesejahteraan psikologisnya. Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang cukup harmonis, suasana hangat akan lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan karena merasa aman
dari ancama-ancaman dan mampu untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Jacobsen (2002) yang mengemukakan bahwa sebuah sejarah awal responsive mengemukakan bahwa perawatan dan hubungan yang harmonis antara anak dan orang tua dapat meningkatkan rasa aman dan mengurangi kerentanan individu terhadap ancaman dari lingkungan
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pada anak baik itu secara fisik maupu psikologis.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi Kesejahteraan psikologis anak salah satunya yaitu keluarga. Pemenuhan akan kebutuhan anak dan keluarga dengan cara melakukan tindakan korupsi akan mempengaruhi kesejahteraan psikologis anak. Anak yang mempunyai orang tua yang menyandang gelar koruptor akan cenderung menutup diri baik dengan teman terdekatnya maupun dengan lingkungan sehingga kesejahteraan psikologis anak tidak dapat tercapai. Hal tersebut sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tavits (2002) yang menunjukkan bahwa korupsi memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan psikologis anak. Anak yang mempunyai orangtua yang bebas dari korupsi lebih cenderung bebas mengekspresikan diri dalam berbagai kegiatan yang lebih positif. Sugiantoro juga menambahkan bahwa anak yang mempunyai orangtua dengan status sebagai koruptor, anak cenderung malu dalam bergaul dengan teman sebaya dan lingkungan sehingga sulit untuk mencapai kesejahteraan psikologisnya.
Semakin maju dan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia pun semakin meningkat. Kebutuhan yang semakin banyak dan berbeda-beda mengharuskan individu untuk bekerja lebih giat guna memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut. Dalam lingkungan keluarga, masing-masing anggota keluarga mempunyai kebutuhan beragam mulai dari kebutuhan akan makan, pakaian, dan kebutuhan yang lainnya.
Beragam kebutuhan yang diperlukan masing-masing anggota keluarga terkadang membuat penghasilan yang didapatkan tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Alasan tersebut dapat membuat orangtua sebagai kepala rumah tangga yang memenuhi segala tuntutan akan kebutuhan tersebut secara tidak langsung dapat mengubah pola pikir dan cara bertindak untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut mulai dari cara yang halal sampai dengan cara yang dapat dikatakan tercela salah satunya yaitu korupsi.
Masa anak-anak merupakan masa yang paling penting bagi anak untuk membangun suatu hubungan yang didasarkan atas sebuah kepercayaan. Pada masa anak-anak lingkungan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan hubungan yang memudahkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan. Yusuf (2004) mengemukakan bahwa Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kepribadian anak. Banyak faktor yang dapat memengaruhi Kesejahteraan psikologis anak salah satunya yaitu keluarga.
Pemenuhan akan kebutuhan anak dan keluarga dengan cara melakukan tindakan korupsi akan mempengaruhi kesejahteraan psikologis anak. Anak yang mempunyai orang tua yang menyandang gelar koruptor akan cenderung menutup diri baik dengan teman terdekatnya maupun dengan lingkungan sehingga kesejahteraan psikologis anak tidak dapat tercapai.
Hal tersebut sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tavits (2002) yang menunjukkan bahwa korupsi memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan psikologis anak. Anak yang mempunyai orangtua yang bebas dari korupsi lebih cenderung bebas mengekspresikan diri dalam berbagai kegiatan yang lebih positif. Sugiantoro juga menambahkan bahwa anak yang mempunyai orangtua dengan status sebagai koruptor, anak cenderung malu dalam bergaul dengan teman sebaya dan lingkungan sehingga sulit untuk mencapai kesejahteraan psikologisnya.
Reff : artikel seminar umm
Redaksi dari Team Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta