Jakarta, 23 April 2021 – Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
ALTRUISME
Kata altruisme muncul pertama kali pada abad ke-19 oleh sosiologis Auguste Comte. berasal dari bahasa Yunani yaitu “alteri” yang berarti orang lain. Comte meyakini bahwa individu-individu mempunyai kewajiban moral untuk berkhidmat bagi kepentingan orang lain atau kebaikan manusia yang lebih besar. David O. Sears dalam bukunya social psychology menyatakan bahwa altruism adalah tindakan sukarela yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang tanpa mengharapkan imbalan apapun. Lebih jauh, David G. Mayers mengartikan bahwa altruism adalah lawan dari egoism. Altruism merupakan motif untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa sadar mengenai kepentingan pribadi seseorang dan tidak peduli dengan keuntungan yang ditawarkan atau tidak ada harapan ia akan mendapatkan kembali sesuatu. Jhon W. Suntrock mendefinisikan bahwa altruism adalah minat yang tidak mementingkan dirinya sendiri untuk menolong orang lain.
Berdasarkan pengertian yang diperoleh mengenai altruism diatas, perilaku altruis merupakan karakter yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia sehingga tercipta kondisi masyarakat yang semakin sejahtera dengan sikap saling tolong menolong antar sesama terlebih lagi jika tidak mengharapkan suatu imbalan apapun. Secara Islam, sejak zaman kenabian perilaku ini telah diajarkan oleh para nabi terdahulu dan banyak sekali jika dipaparkan satu persatu tidak akan tertulis dalam waktu yang singkat. Di dalam Al Qur’an terdapat beberapa ayat yang menjelaskan tentang perilaku menolong yang sangat mulia ini, salah satunya terdapat dalam QS. Al Maidah:2 yang artinya “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”. Berdasarkan ayat tersebut, kita dapat mengambil pelajaran bahwa perilaku altruis merupakan perilaku tolong-menolong yang memberikan manfaat bagi orang lain dengan tidak melanggar norma dan dilakukan secara sukarela tanpa mengharap imbalan dari perbuatan yang telah ia lakukan.
Perilaku atau nalar altruis harus di tanam dan terus dibangun dalam jiwa pemuda. Altruis bukan merupakan hal yang bersifat bawaan, melainkan dapat terus diasah sehingga muncullah dalam permukaan kepribadian seseorang. Pemuda adalah generasi yang sangat berpengaruh terhadap maju atau tidaknya suatu bangsa, akan berkembangkah atau justru membuat Negara ini semakin terjebak dalam permasalahan yang semakin kalut. Pemuda digambarkan sebagai sosok manusia yang memiliki semangat tinggi dan berintelektualitas sehingga ia memiliki peran cukup besar dalam sebuah peradaban. Pemuda sering disebut sebagai generasi perubahan atau agent of change. Namun sebelum pemuda memposisikan diri sebagai agen perubahan ia harus memastikan diri terlebih dahulu apakah sudah benar-benar siap untuk menjadi pengubah? Jangan sampai nanti pada akhirya justru ia yang menjadi objek permasalahan dilingkungannya.
Dewasa ini, pemuda yang memiliki kesempatan menjadi mahasiswa yang mendapatkan pendidikan hingga perguruan tinggi semakin meningkat, namun motif yang terdapat dalam diri setiap individu yang mendapatkan kesempatan tersebut berbeda-beda. Menjadi sesuatu yang memiriskan jika motif tersebut adalah semata-mata hanya untuk memudahkan kelak ketika akan memasuki dunia kerja dan tujuan utamanya adalah mencari uang, untuk apa? Untuk dirinya sendiri. Padahal hakikatnya ilmu yang mereka dapatkan itu untuk kemudian diabdikan kepada masyarakat dengan mengaplikasikan apa yang telah didapatkan di dalam lingkungan masyarakatnya, bukan sekedar ajang bergengsi untuk memenuhi ego diri sendiri. Ketika memasuki dunia kerja pun mereka seharusnya bekerja sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka dapatkan sehingga tidak saling terjadi penindihan yang akhirnya justru tidak bermanfaat untuk umat. Sungguh berat memang, pelajaran yang telah didapatkan bisa saja membebaskan mereka yang memiliki daya tawar rendah di dunia social (mustadzafin) dan bisa jadi justru akan menjadi senjata penindasan terhadap mereka yang harusnya terus diusahakan untuk di merdekakan.
Altruism memang tidak dapat diukur dengan menggunakan angka, namun bisa dianalisis menggunakan perbuatan yang tampak dari seorang individu. Menurut Myers, karakteristik seseorang yang memiliki sifat altruis adalah mereka yang memiliki lima sifat dalam dirinya; pertama, orang yang memiliki empati, dengan adanya empati seseorang akan merasa bertanggung jawab, mampu menyesuaikan diri, toleran, dapat mengontrol diri dan memiliki motivasi untuk membuat kesan yang baik. Kedua, meyakini keadilan dunia, seseorang yakin bahwa dalam jangka panjang yang salah akan di hukum dan yang baik akan diberi hadiah. Dengan begitu orang yang memiliki keyakinan kuat terhadap keadilan dunia akan termotivasi dengan mudah dengan menunjukkan perilaku menolong. Ketiga, memiliki tanggung jawab sosial, ia merasa bertanggung jawab terhadap apapun yang dilakukan orang lain, sehingga ketika ada yang membutuhkan pertolongan ia akan menolongnya. Keempat, memiliki kontrol diri secara internal terhadap hal-hal yang dilakukan dimotivasi oleh control dari dalam dirinya misalnya kepuasan diri. Kelima, memiliki ego yang rendah, ia lebih mementingkan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri.
Semoga tulisan ini dapat memberikan motivasi untuk kita semua, yaitu “Jadilah orang kaya yang tidak memiskinkan orang lain, jadilah orang cerdas yang tidak membodohkan orang lain dan jadilah orang hebat atau pejabat yang tidak menindas orang lain”. Semangat bermanfaat untuk kita semua dengan bingkai altruism dalam jiwa dan salam pembebasan. Terimakasih.
Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh